Jakarta, panjalu.online – Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Atip Latipulhayat, menyampaikan keprihatinannya terhadap rendahnya skor Programme for International Student Assessment (PISA) Indonesia. Salah satu upaya pembenahan yang ia usulkan adalah penerapan pendekatan pembelajaran yang menyenangkan (joyful learning), terutama untuk mata pelajaran seperti sains dan matematika yang kerap dianggap sulit dan menakutkan oleh siswa.
"Matematika sering kali dianggap menakutkan oleh siswa. Karena itu, kita harus menghadirkan metode pembelajaran yang lebih menarik dan mudah dipahami. Ini bukan hanya tugas guru, tetapi juga peran keluarga untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung," ujar Atip pada Minggu (15/12/2024).
Perubahan Paradigma Pendidikan
Atip menekankan perlunya perubahan paradigma pendidikan di Indonesia. Menurutnya, pendidikan harus bergerak dari sekadar schooling (bersekolah) menjadi learning (belajar), sebuah proses yang berlangsung sepanjang hayat.
"Proses pendidikan sejatinya tidak hanya terjadi di sekolah, tetapi juga melibatkan keluarga sebagai institusi pendidikan utama. Orang tua adalah guru pertama anak, sementara keluarga adalah jangkar yang membentuk karakter dan kebiasaan anak secara berkelanjutan," jelasnya.
Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat
Sebagai bagian dari program penguatan karakter, Atip mengumumkan bahwa pada 27 Desember mendatang Kemendikdasmen akan mendeklarasikan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat. Kebiasaan tersebut adalah:
- Bangun pagi
- Beribadah
- Berolahraga
- Makan sehat dan bergizi
- Gemar belajar
- Bermasyarakat
- Istirahat cepat
"Ini adalah langkah awal untuk membangun karakter anak sejak dini, dengan keluarga sebagai pondasi utamanya," tambahnya.
Sistem Pendidikan Nasional yang Inklusif
Dalam upaya menciptakan sistem pendidikan yang inklusif dan berkualitas, Atip menggarisbawahi pentingnya sinergi antara pemerintah, keluarga, dan masyarakat. Kemendikdasmen saat ini tengah mengkaji revisi Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Rancangan regulasi ini akan mengintegrasikan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi ke dalam kerangka hukum yang terpadu.
"Pendidikan adalah tanggung jawab bersama. Pemerintah akan terus memperbaiki sistem pendidikan, tetapi kita juga membutuhkan kontribusi aktif dari keluarga dan masyarakat untuk mencapai cita-cita pendidikan bermutu untuk semua," ujar Atip.
Dengan sinergi dari berbagai pihak dan fokus pada penguatan karakter serta pembelajaran yang menyenangkan, pemerintah optimistis generasi Indonesia mendatang dapat menjadi pribadi yang cerdas, berkarakter kuat, dan bermartabat.(red.k)
Post a Comment