Probolinggo, panjalu.online – Libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 di kawasan wisata Gunung Bromo tidak seramai biasanya. Kondisi ini menjadi keluhan utama bagi para pelaku pariwisata di sekitar kawasan Gunung Bromo, yang merasa pendapatan mereka turun drastis akibat minimnya kunjungan wisatawan.
Dua Faktor Utama Penyebab Sepinya Bromo
- Musim HujanCurah hujan yang tinggi membuat wisatawan enggan berkunjung ke kawasan pegunungan, termasuk Gunung Bromo. Cuaca yang kurang mendukung menjadi alasan utama banyak wisatawan membatalkan perjalanan mereka.
- Kenaikan Harga Tiket MasukKenaikan tarif masuk Bromo berdasarkan PP 36/2024 dinilai menjadi faktor lain yang signifikan. Berikut rincian tarif baru:
- Wisatawan Nusantara (Wisnus): Rp 54 ribu (hari kerja), Rp 79 ribu (hari libur).
- Wisatawan Mancanegara (Wisman): Rp 255 ribu per orang.
- Tarif Kendaraan:
- Roda 4: Rp 10 ribu/unit
- Roda 2: Rp 5 ribu/unit
- Sepeda kayuh: Rp 2 ribu/unit
- Kuda: Rp 1,500/unit
Dampak Kenaikan Tarif
Menurut Edi Purwanto, salah satu pelaku wisata di Bromo, jumlah wisatawan yang datang jauh lebih sedikit dibandingkan momentum libur Nataru tahun-tahun sebelumnya. Bahkan, biasanya jalan menuju kawasan Bromo dipenuhi kendaraan hingga menimbulkan kemacetan. Namun, kali ini suasana cenderung lengang.
"Sepinya pengunjung membuat usaha kami benar-benar terganggu. Kami berharap ada kebijakan baru agar kondisi ini tidak merugikan pelaku pariwisata," ujar Edi.
Harapan Para Pelaku Wisata
Para pelaku usaha di kawasan Bromo berharap pihak terkait dapat mempertimbangkan kembali kebijakan tarif masuk yang dianggap terlalu tinggi, terutama bagi wisatawan domestik. Selain itu, upaya promosi dan strategi untuk menarik wisatawan meski di musim penghujan juga menjadi harapan utama agar sektor pariwisata di Bromo tetap bergairah.
Gunung Bromo, sebagai salah satu destinasi wisata alam terindah di dunia, membutuhkan perhatian lebih untuk memastikan daya tariknya tetap terjaga, baik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.(red.k)
Post a Comment