Industri Multifinance di Tengah Tekanan Penurunan Penjualan Mobil dan Kebijakan Baru

 


Jakarta, 
panjalu.online – Kinerja industri pembiayaan atau multifinance diprediksi mengalami tantangan berat di tahun 2025 seiring penurunan penjualan mobil dan kebijakan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12%. Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat penjualan mobil wholesales pada November 2024 turun 14,7% secara tahunan (yoy) menjadi 787.788 unit, sementara penjualan ritel turun 11,2% yoy menjadi 806.721 unit.

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), Suwandi Wiratno, menyatakan bahwa industri multifinance sangat bergantung pada sektor otomotif. "Jika penjualan mobil terkoreksi, dampaknya pasti dirasakan oleh sektor pembiayaan, sebagaimana terjadi sepanjang 2024," kata Suwandi, Kamis (12/12/2024).

Ia menambahkan bahwa APPI bersama asosiasi kendaraan roda dua (R2) dan roda empat (R4) tengah mengkaji dampak kebijakan kenaikan PPN dan opsen pajak terhadap industri pembiayaan. Opsen pajak sendiri merupakan pungutan tambahan yang diatur dalam UU No 1 Tahun 2022 dan diterapkan pada Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) serta Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB).

Dampak pada Penjualan Mobil
Gaikindo melaporkan penurunan penjualan mobil wholesales pada November 2024 menjadi 74.347 unit, turun 11,9% yoy dibandingkan November 2023. Penjualan ritel juga mencatat penurunan 8,1% yoy menjadi 76.053 unit. Merek-merek unggulan seperti Toyota dan Daihatsu dari Grup Astra tetap mendominasi, masing-masing mencatat penjualan 26.984 unit dan 10.030 unit.

Ketua I Gaikindo, Jongkie Sugiarto, menyebut kenaikan PPN dan opsen pajak berpotensi menekan kinerja industri otomotif di tahun 2025. “Kami memperkirakan sulit mencapai angka penjualan yang signifikan tahun depan dengan kondisi seperti ini,” ungkapnya.

Respons Pelaku Multifinance
Meski menghadapi tantangan, beberapa perusahaan pembiayaan optimis dapat mempertahankan kinerja. Presiden Direktur BCA Finance, Roni Haslim, menyatakan bahwa kenaikan PPN 1% tidak akan berdampak signifikan terhadap kinerja mereka. Hingga November 2024, BCA Finance mencatat pertumbuhan pembiayaan baru sebesar 9,9% yoy menjadi Rp43,8 triliun.

Sementara itu, Presiden Direktur CIMB Niaga Auto Finance (CNAF), Ristiawan Suherman, menilai tahun 2025 sebagai periode penuh tantangan. “Daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih akan menjadi faktor utama yang memengaruhi pembiayaan kendaraan,” ujarnya. Meski begitu, CNAF optimis dapat mencapai target pembiayaan sebesar Rp9,5 triliun dengan strategi penyaluran selektif.

Adira Finance, yang mengandalkan 75% pembiayaan dari sektor otomotif, juga terimbas penurunan daya beli. Direktur Bisnis & Portofolio Adira Finance, Harry Latif, melaporkan penurunan pembiayaan baru hingga 9% yoy menjadi Rp30,7 triliun hingga Oktober 2024. Meski begitu, perusahaan berencana memperluas bisnis non-otomotif dan memperkuat digitalisasi untuk menjaga pertumbuhan.

Langkah Mitigasi dan Harapan
Industri multifinance kini mengandalkan strategi mitigasi untuk bertahan, seperti digitalisasi, diversifikasi bisnis, dan kolaborasi dengan berbagai pihak. Optimisme tetap terjaga di kalangan pelaku industri, meski tantangan di tahun 2025 tidak bisa diabaikan.

Dengan langkah-langkah adaptasi yang tepat, sektor pembiayaan diharapkan dapat tetap mendukung pertumbuhan pasar otomotif dan perekonomian nasional di tengah tekanan kebijakan baru.(red.k)

Post a Comment

Previous Post Next Post