"Tragedi di Balowerti: Kisah di Balik Kakak Bunuh Adik di Kota Kediri"

 

Kediri,  panjalu.online - Rumah sederhana bercat biru di Gang V, Kelurahan Balowerti, Kecamatan Kota itu masih didatangi banyak pelayat hingga sore kemarin.

Teras kecil di bagian depan rumah itupun penuh orang.  Menjadikan mereka harus bergilir untuk menyalami seorang wanita yang tak bisa menutupi rasa sedihnya.

Wanita itu adalah Erna. Dia adalah istri Dadang Suryanto, yang tewas setelah dibunuh kakak kandungnya, Edi Purwanto. Wajar bila tangis lirih terus keluar dari mulutnya.

Tega ninggal aku kayak ngene. Deke wis kelakon pethuk anake (tega meninggalkan aku seperti ini. Dia terpenuhi keinginan menemui anaknya, Red),” ucap Erna sambil sesenggukan.

Memang, anak satu-satunya telah meninggal. Dan kini, sang suami juga menyusul ke alam baka.

Kejadian tragis yang berujung hilangnya nyawa Dadang oleh kakak kandungnya benar-benar mengejutkan.

Apalagi, keduanya sempat berkumpul dan makan mi bersama-sama. Yang membelikan adalah Yulio, adik korban yang karib disapa Leo.

Leo mengenang, tak ada gelagat aneh ketika sang kakak itu memintanya membelikan pangsit mi. Dia juga segera menuruti keinginan itu.

“Setelah saya belikan ya dimakan bareng-bareng di depan rumah. Terus, saya kembali ke rumah pakde,” cerita Leo.

Ya, Leo memang tak ikut makan bareng, yang menurut keterangan polisi diteruskan dengan minum-minuman keras. Dia memilih ke rumah pakdenya yang ada di sebelah tempat kejadian perkara.

Pria 27 tahun ini bercerita, mereka adalah empat bersaudara. Kakak tertua adalah Edi. Kemudian berturut-turut disusul Dadang, Leo, dan seorang adik perempuan bernama Linda.

Dari empat orang itu, Edi dan Linda menghuni rumah peninggalan orang tuanya di Balowerti. Sedangkan Leo tinggal di Gringging, Kabupaten Kediri, di rumah orang tua istrinya.

Sementara Dadang punya rumah di Desa Sambiresik, Kecamatan Gampengrejo, juga di Kabupaten Kediri.

Namun, mereka sering datang ke Balowerti sekadar berkumpul. Seperti di malam kejadian nahas itu.“Kadang ya kumpul di sini,” jelas Leo.

Bahkan, sebenarnya, mereka berencana pergi ke tempat Car Free Day (CFD) di Jalan Dhoho Minggu pagi kemarin.

Yang sudah sepakat adalah Dadang, Leo dan istri, serta Linda.“Kalau Edi rencananya akan diajak serta tapi belum diberi tahu,” lanjut Leo.

Mega, kerabat korban, juga menceritakan hal yang sama. Menurut wanita 50 tahun ini, Dadang memang kerap datang ke Balowerti. Terutama mengunjungi adiknya yang bungsu, Linda.

Mega terakhir bertemu dengan Dadang empat bulan terakhir. Pada saat Dadang menemani Linda membeli motor. Saat itu dia juga sempat memberi wejangan agar akur dengan sesama saudara.

“Tak peseni agar akur dengan adiknya. Jangan bertengkar, kasihan. Jawabe ya nggih Mbah,” kata Mega, sambil mengulang jawaban Dadang kala itu.

Sementara itu, beberapa tetangga menyebut bahwa korban dan pelaku memang sering terlibat percekcokan.

Namun, selama ini dianggap sebagai perselisihan biasa antarsaudara. Mereka tidak pernah mengira bakal berakhir dengan tragis seperti itu. (Red. D).

Post a Comment

Previous Post Next Post